Secara garis besar, Jembatan
Suramadu dibagi dalam 3 bentang. Yang akan dibahas dalam bab ini adalah bagian
yang disebut perantara antara dua bentang causeway dan main span. Bagian ini
disebut Approach Bridge .
Gambar Main Span and Approach of Suramadu Bridge
- Panjang total : 672 m
- Lokasi : Selat Madura Jawa Timur
- Bentang jembatan : 80 m
- Struktur
atas : Balance Cantilever Box Girder
- Pilar : Tipe Dinding
- Kondisi
tanah : Tanah keras pada kedalaman
bervariasi
- Pondasi : Bored pile diameter 180 cm
Metode Konstruksi Approach Bridge
Pondasi bored pile
Untuk mengurangi pekerjaan di laut segala persiapan seperti perakitan
rebar, dilakukan di stock yard, bahan baku untuk beton dan casing pipa
dilakukan di stock yard Gresik, sedangkan untuk semen SBC dilakukan di Dermaga
Gresik. Peralatan bor disiapkan di atas ponton yang meliputi peralatan driving
caing dan drilling. Tahap-tahap pekerjaan yang dilakukan pada saat driving
casing adalah :
- Pemasangan
jacking ponton pada saat tiba di lokasi pengeboran agar tidak terjai
pergerakan pada saat dilakukan pengeboran dan pemancangan.
- Pengeboran
casing pipa berdiameter 2250 mm dengan tebal minimum 20 mm, digunakan bore
pile diameter 2200 mm dengan tujuan memberi ruang dan toleransi bagi mesin
bor pada waktu pengeboran.
- Pemasangan
vibratory hammer di atas pipa, dilakukan pada saat casing berada pada
posisinya.
- Pemasangan
casing pipa sampai pada kedalaman kurang lebih 30 m.
Pekerjaan pengeboran dengan metoda RCD (Reseved Circular Drill), dilakukan
setelah pemancangan casing pipa selesai mesin bor diletakkan di atas casing
terpasang pekerjaan pengeboran dilakukan sampai pada kedalaman kurang dari 45 m dari permukaan pile.
Persyaratan tolerasi yang ditentukan yaitu 20 mm per meter panjang bor yang
tidak tertutup casing diameter lubang dalam segala arah tidak boleh melebihi 5%
dari diameter yang ditentukan. Lumpur hasil pengeboran diletakkan disposal
ponton dan dibaung di tempat yang sudah ditentukan sejauh 5 km dari lokasi
pekejaan.
Persiapan untuk proses pengecoran dimulai dari pengangkutan material dari
stock yard menuju ke dermaga dengan menggunakan dump truck. Raw material dan
semen SBC akan diangkut dengan menggunakan feeder ponton menuju lokasi
pengeboran. Pemasangan rebar dilakukan setelah lubang bor dibersihkan.
Penyambungan antar segmrn dilakukan dengan menggunakan mekanikal kopler.
Untuk pembentukan suatu gaya tulangan yang utuh jumlah sambungan pada suatu
potongan yang sama tidak boleh lebih dari ½ jumlah rebar yang terpasang, metode
pengecoran yang digunakan untuk pengecoran di bawah air adalah dengan
menggunakan tremix pipe. Beton harus mempunyai kekuatan yang cukup dan nilai
slump dijaga pada 18-22 cm. Beton yang digunakan pada pekerjaan bore pile ini
adalah beton K-350.
Pier cap dan pier work
Seluruh persiapan untuk pekerjaan form work dilakukan di stock yard, balok
IWF steel plat dan balok kayu dipindahkan dari stick yard ke ponton material
pembuatan formwork untk pile cap diangkut dari Dermaga Gresik menuju lokasi
pile cap dengan menggunakan ponton form work ponton. Seluruh bahan penyusun
ponton dibawa menuju ponton baching plan.
Tahap-tahap pekerjaan pembuatan form work pile cap adalah :
- Pemasangan
steel plat yang diklem digunakan untuk bebagai dudukan steel support.
- Pemasangan
balok penyangga searah longitudinal balok jembatan dan balok penyangga
arah transversal jembatan sebagai penerus badan dari balok penyangga
dengan baja IWF.
- Pemasangan
balok Bottom Formwork dan multiplek. Skirting panel dipersiapkan selain
sebagaio side formwork.Skirting panel merupakan segmental precast
concrete. Pemasangan rebar dilakukan setelah proses instalasi bottom dan
side formwork selesai perangkaian rebar dari seme finish menjadi fix
lokasi pekerjaan pile cap. Rebar pertama dipasang untuk pengecoran beton
pertama setinggi 0.5 m.
Setelah beton cukup kuat pemasangan rebar dilanjutkan ke tahap berikutnya
penulangan beton pertama setinggi 0,5 m, dilakukan setelah bottom form work, side
formwork dan rebar terpasang. Beton setinggi 0.5 m selain digunakan sebagai
penahan untuk tahap pengecoran selanjutnya juga digunakan sebagai tumpuan
pemasangan skirting panel. Metode pengecoran beton yang digunakan adalah dengan
menggunakan pipa, pada saat pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan pada
ketinggian lebih dari 150 cm, pemasangan climbing form dimulai dari pemasangan
bottom formwork dilanjutkan side formwork pada keempat sisi.
Setelah beton mencapai kekuatan yang dipersyaratkan climbing form dapat
dipindahkan ke segmrn selanjutnya. Pekerjaan tersebut diulang sampai pada
tinggi pier yang ditentukan. Penempatan rebar dilakukan beriringan langkah demi
langkah dengan proses formwork dan pengecoran form setelah formwork terpasang.
Pekerjaan tahap pertama rebar dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran begitu
seterusnya sampai ketinggian yang ditentukan. Pengecoran beton untuk pier
dilakukan dalam beberapa tahap tergantung pada ketinggian pier.
Tinggi pengecoran maksimum dengan menggunakan climbing form adalah 4 m.
Pengecoran pertama dilakukan setinggi 50 cm. Pengecoran selanjutnya dilakukan
dengan tinggi yang bervariasi begitu seterusnya sampai pada ketinggian yang
ditentukan.
Pier Table
Tahap-tahap pekerjaan pier table adalah pemasanga concrete box bagian bawah
rencana pier table pemasangan horisontal IWF support pemasangan side work,
inner formwork, dan bottom form work. Side formwork akan didukung stell trust
sedangkan inerformwork akan didukung oleh portal bracing. Formwork frame
dibentuk dari berbagai kombinasi bentuk baja dan plat. Permukaannya adalah plat
baja dengan ketebalan 4 m.
Pekerjaan pemotongan dan pembengkokan rebar akan dilakukan di stockyard
sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. Proses finalisai perakitan
dilakukan di lokasi pekerjaan. Pengecoran pier table dilakukan dalam dua kali
pengecoran, bottom siap dan sebagian web akan dicor terlebih dahulu , sedangkan
top slab dan sebagian web sisanya akan dicor pada pengecoran kedua.
Pekerjaan stressing vertikal akan dilakukan setelah pekerjaan pier table
memenuhi kekuatan yang dipersyaratkan.
Pekerjaan V-Pier
Pada review deain Pier 42 dan Pier 45 membentuk V, V-Pier merupakan rigrid
frame dan mempunyai panjang deck longitudinal sepanjang 32 m. V-Pier digunakan
sebagai tumpuan balance cantilever approach bridge dan cable stay main span,
karena itu pekerjaan V-Pier menjadi pekerjaan yang krusial.
Concrete Box Girder
Sesuai untuk kebutuhan bentang panjang, maka dipilihlah metode balance
cantilever., Metode ini cocok untuk dilakukan untuk pekerjaan di laut dengan
bentang 120 m. Metode pengecoran box girder adalah menggunakan form cantilever.
Form cantilever terdiri dari sistem trust stimuler utama, sistem bottom basket,
sistem suspensi, sistem formwork, sistem anchoring dan sistem gerak.
Sistem formwork terdiri dari side form work, inner form work, dan diafragma
form work. Form work siap digunakan setelah seluruh kegiatan perangkaian
selesai. Proses semi finis rebar dilakukan di stockyard dan proses finalisasi
rebar dilakukan di lokasi pekerjaan. Penempatan rebar dilakukan beriringan
langkah demi langkah dengan proses formwork dan pengecoran. Proses penempatan
rebar dilakukan setelah formwork terpasang.
Pengecoran segmental box girder yang akan digunakan adalah pengecoran in
situ. Pengecoran rebar dilakukan setelah rebar dan duct terpasanga dengan baik.
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete dengan bantuan pipa.
Pekerjaan stressing adalah pekerajaan yang sangat penting untuk pekerjaan
bentang panjang yang kontinue.
Engineering Physical Survey
Engieering physical survey pada Proyek Jembatan Suramadu dilaksanakan dalam
bentuk soil investigation.
Tujuan dari studi ini adalah :
- Mendapatkan
data primer di lokasi pekerjaan yang akan digunakan untuk perencanaan
Jembatan Suramadu.
- Mengidentifikasi
tekstur lapisan tanah di lokasi proyek berdasarkan data penyelidikan
lapangan. Aktivitasnya dapat berupa pengeboran, pengambilan sampel,
pengukuran langsung di lapangan dan juga tes laboratorium.
- Mengevaluasi
pelaksanaan pondasi yang akan dilaksanakan, kondisi pada masa konstruksi
dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Lingkup pelaksnaan pekerjaan yang dilakukan
meliputi pekerjaan pengeboran sampai dengan kedalaman 100 m dari dasar laut
serta pengambilan contoh tanah.
Pengujian alat langsung dengan alat :
a. SPT (Standar Penetration Test)
b. DPT (Dynamic Penetration Test)
c. VST (Vane Shear Test)
d. WPT (Wave Propagation Test)
Di setiap pilar
approach bridge dilakukan minimal satu titik pengeboran. Sedangkan di Pilon
Utama Jembatan Cable Stayed masing-masing dilakukan lima titik pengeboran.
Tahap-tahap perencanaan pengerjaan
pile cap :
1. Pekerjaan Persiapan Pengecoran Pier Head (Pile
Cap)
Pekerjaan pengecoran dimulai
dengan pembuatan bekisting dengan ukuran sesuai dengan gambar detail yang
dilampirkan. Setelah begisting selesai di buat, pekerjaan selanjutnya adalah
setting tulangan. Tulangan untuk pier head di buat secara terpisah di tempat
pabrikasi tulangan yang letaknya masih berada dalam areal proyek. Tulangan yang
sudah jadi kemudian diangkut ke lokasi pier. Pada pier diset bagian bawah dari
bekisting terlebih dahulu. Kemudian tulangan-tulangan yang telah dipabrikasi di
lokasi pembesian dirangkai di atas bagian bawah dari bekisting tadi. Setelah tulangan
pile cap selesai dirangkai, barulah bagian pinggir dari bekisting dipasang.
Pengecoran dalam hal ini dibagi dua tahap, dimana tahap pertama pengecoran
untuk pile cap tahap I dan kedua pengecoran untuk pile cap tahap II. Setelah
bekisting pile cap tahap I siap, maka dilakukan pengecoran yang pengerjaannya
dilakukan oleh kontraktor khusus di tempat yang juga masih berada di areal
proyek, dengan menggunakan alat yang dianamakan bathcing plant.
2. Pengecoran Pier Head
Proses pelaksanaan pengecoran
pier head yaitu adukan yang telah siap di angkut dengan menggunakan Agitator
Truck menuju lokasi pengecoran. Dilokasi pengecoran sebelumnya telah disiapkan
kendaraan khusus berupa Mobile Concreate Pump untuk menyalurkan adukan dari
Agitator Truck kedalam bekisting berisi tulangan.
Setelah adukan dari Agitator
dimasukan kedalam Concrete Pump maka adukan akan keluar dari ujung selang pompa
bertekanan tinggi, agar adukan merata maka memerlukan beberapa tenaga manusia
untuk mengarahkan pompa kedalam bekisting.
Pengerjaan dilakukan sambil
adukan yang telah masuk bekisting di getarkan dengan menggunakan vibrator.
Vibrator yang digunakan adalah vibrator external. Tujuannya adalah agar beton
yang nantinya didapatkan memiliki gradasi yang baik.
Setelah pengecoran selesai
maka beton dibiarkan seting selama 24 jam. Setelah beton setting maka langkah
selanjutnya adalah melakukan curing, biasanya dengan memberikan plastik untuk
menutupi permukaan beton, diatas plastik diberi karung basah dengan memberikan
air yang cukup diatas karung tersebut. Dan apabila karung itu kering air harus
di siramkan ke atas karung-karung itu. Setelah + 10 hari bekisting
dibuka, meskipun demikian Curing tetap dilakukan dengan penambahan karung di
permukaan samping beton sampai 28 hari. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
panas hidrasi berlebih yang dihasilkan beton, supaya kekuatan beton yang
diharapkan dapat tercapai.
Mix design /m3
beton K-350 adalah sebagai berikut :
- Semen : 422.79 kg
- Air : 153.51 kg
- Aggregat
halus(pasir) : 669.22 kg
- Aggregat
besar 10-25 : 819.51 kg
- Aggregat
kecil 5-15 : 364.20 kg
- Bahan
Adiktif : 1.27 kg
Pekerjaan Erection Girder
Pekerjaan Persiapan Erection Girder
Pekerjaan Erection
Girder dimulai memasang Elastomeric Bearing, yaitu karet dudukan untuk girder
diatas pier head dengan menempatkan alat yaitu, dua buah Crawler Crane dengan
tipe Link belt 100 ton. Dengan posisi menghadap arah pemasangan terpisah sejauh
panjang bentang Girder, 40 m dan ditempat penyimpanan Girder untuk memindahkan
girder ke atas Buggie. Girder yang berada di tempat penyimpanan diangkut dengan
menggunakan Truk w/Buggie dengan arah pergerakan truk, posisi maju.
Pemasangan Box Girder
Pekerjaan Erection Girder
setelah pekerjaan pendahuluan adalah, pengangkatan Girder dari Buggie dengan
menggunakan Crawler Crane yang telah disiapkan di tiap ujung girder. Pada Pier
Head yang merupakan tempat akhir dari girder telah dipasang rel dan diatasnya
dipasang Kura-kura/Winc yang memiliki roda dan bergerak diatas rel. Fungsi dari
Kura-kura adalah untuk mentansportasikan girder dari ujung pengangkatan menuju
ujung pier head karena girder dipasang secara sejajar antar girder diantara dua
pier head. Setelah pengangkatan menggunakan Crane maka Girder di tempatkan
secara perlahan sampai alas girder tepat diatas Kura-kura. Sebuah alat katrol
yang dilengkapi dengan mesin di pasang di ujung pier head untuk menarik
kura-kura dengan girder diatasnya sampai pada posisi yang telah ditentukan
terhadap suatu girder. Maka proses selanjutnya adalah memindahkan girder dari
Kura-kura ke atas Pier Head, adalah dengan cara girder di topang dan dingkat
dengan menggunakan Dongkrak Hidroulic yang memiliki kapasitas 100 ton. Setelah
girder terangkat Kura-kura ditarik dari bawah girder dan kemudian dongkrak di
turunkan, sebelumnya telah terpasang sekat antara yang nantinya sebagai
pembatas antara girder dan Pier Head. Sekat itu dinamakan Elastomeric Bearing. Posisi terakhir adalah Girder berada tepat
diatas Elastomeric Bearing. Agar menghindari guling dari girder maka diantara
girder dipasang pengaku.
Sesuai dengan rencana dari kontraktor metoda
erection dengan menggunakan metoda ini akan segera diganti. Mengingat metoda
ini akan tidak lagi dapat memenuhi kondisi letak pier head yang jauh dari
daratan. Metoda baru ini mengunakan alat yang dinamakan Gentry Girder. Meskipun demikian metoda ini belum diterapkan sampai
pier 7-8 yang diamati.
Metode teknis Bored Pile
Data teknis:
•
Jumlah bored pile
per pylon adalah 56 titik @ Dia. 2.4 m, L = 69 m s/d 75 m
•
Volume beton per titik ~ 340 m3
•
Steel bar dirangkai di stockyard
Metode yang biasa digunakan untuk pekerjaan bored pile dengan diameter
besar yang berada pada lingkungan laut, adalah:
- Metode
rotasi Kelly Drilling dengan
memasang kapasitas tinggi secara hidraulik :
- – Cocok dengan tanah lempung.
- – Produktifitas yang relatif lebih tinggi.
- – Pipa casing yang diperlukan tidak terlalu panjang.
- – Platform yang digunakan hanya memerlukan sedikit kekakuan.
- – Waktu instalasi yang lebih pendek.
- Metode
pengeboran Reversed Circulation
- –
Sangat
efektif pada tanah berbutir kecil.
Proses konstruksi pancang
Ada beberapa tahap pada konstruksi pancang digunakan untuk memancang casing
diantaranya adalah
- Tahap
persiapan konstruksi meliputi :
- Pembersihan ranjau yang dibantu Tim Angkatan Laut
- Penyelidikan tanah
CIC – PT. Soilens melakukan kegiatan Geotechnical Investigation di titik pengeboran (Bor Hole) P.55, P.54, P.53, P.51, P.49, P.43, P.42, P.41, P.45 dan P.40. Penentuan titik bor hole digunakan metoda perpotongan kemuka dengan peralatan Total Station Topcon GTS-223. Penentuan posisi titik pancang yang disetting dari titik Independent Existing diatas jembatan Causeway sisi Surabaya dan Madura.
2. Tahap pemasangan casing
Setelah penyelidikan tanah, tahap selanjutnya
adalah pemasangan casing.
Proses konstruksi pancang
Ada beberapa tahap pada konstruksi pancang digunakan untuk memancang casing
diantaranya adalah
- Tahap persiapan konstruksi meliputi :
- Pembersihan ranjau yang dibantu Tim Angkatan Laut
- Penyelidikan tanah
CIC – PT. Soilens melakukan kegiatan Geotechnical Investigation di titik pengeboran (Bor Hole) P.55, P.54, P.53, P.51, P.49, P.43, P.42, P.41, P.45 dan P.40. Penentuan titik bor hole digunakan metoda perpotongan kemuka dengan peralatan Total Station Topcon GTS-223. Penentuan posisi titik pancang yang disetting dari titik Independent Existing diatas jembatan Causeway sisi Surabaya dan Madura.
2. Tahap pemasangan casing
Setelah penyelidikan tanah, tahap selanjutnya
adalah pemasangan casing.
3. Tahap pelaksanaan :
- Survey pendahuluan
Pemasangan pelampung dan bendera
- Mobilisasi casing bored pile
Penyambungan pada ponto service
- Mobilisasi ponton pancang
Lego jangkar
- Pembuatan platform
Pemasangan platform untuk pekerja dan juga alat yang sebelumnya dilakukan pemancangan casing dengan menggunakan anchor crane dan hammer. Platform ini bersifat sementara atau tidak struktural apabila pekerjaan telah selesai maka dapat dibongkar.
- Pemancangan dengan vibro hammer
Memasang Vibrator Hammer dengan berat 100 ton di atas hole casing diameter 2,2 m dengan ketebalan 20 cm dan panjang 35 m. Pada approach bridge dilakukan pemancangan casing dengan 18 titik yang sebelumnya telah diukur dengan bantuan GPS.
Pemancangan dilakukan dengan memukulkan
vibro hammer dengan melalui 3 tahapan. Tahap pertama adalah memukul casing
sampai kedalaman 5 m. Lalu dilakukan pengecekan posisi pancang dengan
menggunakan theodolite digital. Setelah itu pada tahap kedua dilakukan
pemukulan sampai kedalaman ± 10 m kemudian dicek lagi dan tahap
terakhir dipukul sampai menyentuh tanah keras.
6. Pengeboran pada pondasi bored pile
Pile Cap
Data Teknis
•
Volume 1 pile cap = 9.996,56 m3 ~ 10.000 m3
•
Steel bar dan floating steel formwork dibuat di
stockyard
Alat yang
digunakan:
•
Floating steel formwork
•
2 buah Floating Concrete Batching Plant Kapasitas 60
m3/jam yang dilengkapi dengan water tank
•
4 buah ponton 220 ft kapasitas 1800 ton
•
Ponton service 180 ft kapasitas 1500 ton
•
8 buah Concrete pump kapasitas 15 m3/jam
•
Crawler crane
•
Alat Bantu
Tahapan pengecoran bored pile :
- Setelah tahap penulangan baja lalu menempatkan
pipa tremi dan corongnya di atas lubang pipa.
- Menuangkan campuran beton ke lubang pipa
melalui corong.
- Melepaskan pipa tremi.
- Semua proses penuangan harus lengkap
sebelum pengecoran.
Perencanaan Geotechnical Investigation
Pada pembangunan Jembatan Suramadu dilakukan
Geotechnical Investigation yang bertujuan untuk menyelidisi kondisi lapisan
tanah di dasar laut. Tahap awal yang pertama kali dalam melakukan perancanaan
adalah soil test. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui daya dukung
tanah dan desain pondasi. Pada pekerjaan soil investigation, kontraktor dalam
hal ini dipegang oleh CCC (Chinese Consortium Contractor) dan CIC (Consortium
Indonesian Contractor) menunjuk sub kontraktor yaitu PT Mentari Terbit dengan
konsultan PT Virama Karya untuk melakukan soil investigation. Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam pekerjaan soil investigation adalah :
1. Setting
position
Bertujuan untuk mengetahui titik yang akan diinvestigasi yang menghasilkan jarak dan azimuth. Alat yang digunakan adalah Total Station GTS 223 Top Con, 9 prisma, pelampung, batu, tali, dan perahu.
2. Pemasangan platform
- Memiliki
ukuran yang tepat untuk keselamatan pekerja yang akan bekerja di atasnya dan
di-bracing atau disekur untuk
kestabilan bagan. Selain itu memasang lampu atau sinyal tanda bahaya dan
pelampingserta kelancaran transportasi.
- Pemasangan
platform dikerjakan melalui kapal ponton dengan alat berat crane yang berada di
atas kapal ponton. Sebelum platform tersebut dipindahkan terlebih dahulu
memindahkan mesin bor, mesin diesel, dan semua alat yang berada di atas
platform dan yang terakhir baru memindahkan platform dengan crane. Untuk
mengetahui di titik mana platform akan diletakkan maka digunakanlah GPS. Luas
platform sebesar 5 x 5 m2
dan kedalamannya 20 m dari Mean Sea Level (MSL).
3. Borehole
- Pembuatan
lubang bor harus dengan metode pelaksanaan dan pembuatan diameter rencana yang
tepat. Juga dilakukan insitu testing sesuai kontrak.
- Tidak
menggunakan air untuk membantu mempercapat pembuatan lubang kecuali ditemukan
tanah berbutir kering atau seizin engineer.
- Alat
yang digunakan adalah mesin bor, mesin diesel, untuk menggerakkan mesin
pengangkat, casing dengan panjang 3 m, mata bor dengan panjang 1,5 m.
4. Rotary drilling
- Rotary core
drilling digunakan untuk pengambilan
sample atau hanya mempecepat pembuatan lubang.
- Drilling fluid
digunakan pada saat pengeboran dapat berupa air bersih, udara, atau kabut.
Semua itu harus dengan persetujuan engineer.
- Rotary drilling untuk pengambilan sampel
a. Dalam kontrak, rotary drilling harus dilakukan dengan menggunakan sistem coring double atau triple tube yang disatukan dengan inner liner yang dapat dilepas. Untuk
sistem triple tube, dapat digunakan double
tube barrel dengan semi rigid liner.
b. Panjang sampel yang didapat dari rotary drilling seharusnya tidak lebih
kecil dari diameternya dan dapat diperoleh sampel secara utuh untuk setiap
pengeboran. Untuk tingkat keutuhan sampel sebesar 90% dalam suatu pengeboran
biasanya tidak dapat diterima kecuali ada persetujuan engineer yang menjelaskan bahwa tidak mungkin didapat sampel secara
utuh 100%. Jika menurut pendapat engineer
dapat diperoleh keutuhan sampel lebih dari 90% maka kegiatan tersebut harus
diulang.
c. Untuk pengeboran pertama kali pada setiap
lubangnya tidak boleh melebihi kedalaman 1 m dari dasar lubang. Untuk yang
berikutnya kedalaman lubang tidak boleh melebihi 3 m dari dasar lubang
sebelumnya dan bila perlu bila demi pencapaian hasil sampel yang baik core barrel
dapat dipindahkan setiap kali proses pengambilan sampel. Lalu engineer dapat menentukan jenis insitu
testing yang dapat dilakukan.
d. Pemindahan dan labeling setiap liner.
5. Melakukan
serangkaian pekerjaan uji test diantaranya :
a. SPT (Standar Penetration Test)
b. DPT (Dynamic Penetration Test)
c. VST (Vane Shear Test)
d. WPT (Wave Propagation Test)
e. Undisturbed atau disturbed
sample
Pile Cap
Data Teknis
•
Volume 1 pile cap = 9.996,56 m3 ~ 10.000 m3
•
Steel bar dan floating steel formwork dibuat di
stockyard
Alat yang
digunakan:
•
Floating steel formwork
•
2 buah Floating Concrete Batching Plant Kapasitas 60
m3/jam yang dilengkapi dengan water tank
•
4 buah ponton 220 ft kapasitas 1800 ton
•
Ponton service 180 ft kapasitas 1500 ton
•
8 buah Concrete pump kapasitas 15 m3/jam
•
Crawler crane
•
Alat Bantu
Tahapan pengecoran bored pile :
- Setelah tahap penulangan baja lalu menempatkan pipa tremi dan corongnya di atas lubang pipa.
- Menuangkan campuran beton ke lubang pipa melalui corong.
- Melepaskan pipa tremi.
- Semua proses penuangan harus lengkap sebelum pengecoran.
Perencanaan Geotechnical Investigation
Pada pembangunan Jembatan Suramadu dilakukan
Geotechnical Investigation yang bertujuan untuk menyelidisi kondisi lapisan
tanah di dasar laut. Tahap awal yang pertama kali dalam melakukan perancanaan
adalah soil test. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui daya dukung
tanah dan desain pondasi. Pada pekerjaan soil investigation, kontraktor dalam
hal ini dipegang oleh CCC (Chinese Consortium Contractor) dan CIC (Consortium
Indonesian Contractor) menunjuk sub kontraktor yaitu PT Mentari Terbit dengan
konsultan PT Virama Karya untuk melakukan soil investigation. Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam pekerjaan soil investigation adalah :
1. Setting
position
Bertujuan untuk mengetahui titik yang akan diinvestigasi yang menghasilkan jarak dan azimuth. Alat yang digunakan adalah Total Station GTS 223 Top Con, 9 prisma, pelampung, batu, tali, dan perahu.
2. Pemasangan platform
- Memiliki ukuran yang tepat untuk keselamatan pekerja yang akan bekerja di atasnya dan di-bracing atau disekur untuk kestabilan bagan. Selain itu memasang lampu atau sinyal tanda bahaya dan pelampingserta kelancaran transportasi.
- Pemasangan platform dikerjakan melalui kapal ponton dengan alat berat crane yang berada di atas kapal ponton. Sebelum platform tersebut dipindahkan terlebih dahulu memindahkan mesin bor, mesin diesel, dan semua alat yang berada di atas platform dan yang terakhir baru memindahkan platform dengan crane. Untuk mengetahui di titik mana platform akan diletakkan maka digunakanlah GPS. Luas platform sebesar 5 x 5 m2 dan kedalamannya 20 m dari Mean Sea Level (MSL).
3. Borehole
- Pembuatan lubang bor harus dengan metode pelaksanaan dan pembuatan diameter rencana yang tepat. Juga dilakukan insitu testing sesuai kontrak.
- Tidak menggunakan air untuk membantu mempercapat pembuatan lubang kecuali ditemukan tanah berbutir kering atau seizin engineer.
- Alat yang digunakan adalah mesin bor, mesin diesel, untuk menggerakkan mesin pengangkat, casing dengan panjang 3 m, mata bor dengan panjang 1,5 m.
- Rotary core drilling digunakan untuk pengambilan sample atau hanya mempecepat pembuatan lubang.
- Drilling fluid digunakan pada saat pengeboran dapat berupa air bersih, udara, atau kabut. Semua itu harus dengan persetujuan engineer.
- Rotary drilling untuk pengambilan sampel
a. Dalam kontrak, rotary drilling harus dilakukan dengan menggunakan sistem coring double atau triple tube yang disatukan dengan inner liner yang dapat dilepas. Untuk sistem triple tube, dapat digunakan double tube barrel dengan semi rigid liner.
b. Panjang sampel yang didapat dari rotary drilling seharusnya tidak lebih kecil dari diameternya dan dapat diperoleh sampel secara utuh untuk setiap pengeboran. Untuk tingkat keutuhan sampel sebesar 90% dalam suatu pengeboran biasanya tidak dapat diterima kecuali ada persetujuan engineer yang menjelaskan bahwa tidak mungkin didapat sampel secara utuh 100%. Jika menurut pendapat engineer dapat diperoleh keutuhan sampel lebih dari 90% maka kegiatan tersebut harus diulang.
c. Untuk pengeboran pertama kali pada setiap lubangnya tidak boleh melebihi kedalaman 1 m dari dasar lubang. Untuk yang berikutnya kedalaman lubang tidak boleh melebihi 3 m dari dasar lubang sebelumnya dan bila perlu bila demi pencapaian hasil sampel yang baik core barrel dapat dipindahkan setiap kali proses pengambilan sampel. Lalu engineer dapat menentukan jenis insitu testing yang dapat dilakukan.
d. Pemindahan dan labeling setiap liner.5. Melakukan serangkaian pekerjaan uji test diantaranya :
a. SPT (Standar Penetration Test)
b. DPT (Dynamic Penetration Test)
c. VST (Vane Shear Test)
d. WPT (Wave Propagation Test)
e. Undisturbed atau disturbed
sample
mantap
ReplyDeleteCara proses pemancangan pada Suramadu
ReplyDelete